بسم الله الرحمن الرحيم

About

Profil

Saya lekas geli kalau ada yang menanyakan, "kok Johnny Wirjosandjojo, apa artinya?". Saya lebih suka mengatakan bahwa nama saya bukan urusan siapapun, kecuali Tuhan barangkali. Sejujurnya dalam kondisi setengah sadar, nama ini turun (bagian ini masih punya kemungkinan sebagai imajinasi atau halusinasi atau semacamnya). Dan saya belum juga tahu apa maknanya. Peduli amat, Allah kasih, saya pakek, saya suka, opo urusanmu kakehen cangkem.

Namun, saya yakin almarhum Bohar (kakak angkat saya) atau mungkin C.A. (guru saya) yang jadi perantara untuk menyampaikan nama ini kepada saya. Tidak jelas, karena Bohar dan C.A. punya banyak kesamaan sikap soal kebebasan dan sama-sama berani mengambil bahaya sebagai kawan.

Dan sekarang, Johnny W. Sandjojo rasanya lebih praktis ketimbang menggunakan Wirjosandjojo secara penuh.
***


Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh...

Saya lahir di timur dan besar di barat. Yang saya bicarakan ini arah mata angin, bukan dua kutub kebudayaan yang saling berpunggungan dan lagi tidak ada sangkut-pautnya dengan nama saya. Johnny Wirjosandjojo adalah nama keempat saya. Nama pertama saya bukan urusan Anda. Saya tahu Johnny kadang (bahkan sering) sulit untuk dilafalkan maupun ditulis-ulang. Pendek kata, nama yang sedikit merepotkan. Oleh karena itu, cukup panggil saja saya Joyo atau Setyo (?). Lebih praktis.

Tidak ada peristiwa yang istimewa saat saya lahir, tidak ada gunung yang dititahkan oleh Tuhan untuk memuntahkan laharnya seperti halnya pada saat kelahiran Maharaja Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk) maupun Kusno Sosrodihardjo (Bung Karno) yang disambut dengan meletusnya Gunung Kelud. Gunung Kelud memang meletus tahun 1991, tapi bukan pada hari kelahiran saya. Tiap-tiap orang punya peran yang berbeda-beda dan dalam lakon yang saya jalani, (nampaknya) saya tidak (akan) mendapat peran yang (mendekati) istimewa. Sekedar pelengkap atau menjadi sarana bagi manusia lainnya.

Namun apa jeleknya menjadi sebuah pelengkap? Andaikan saya menjadi sebuah baut pada sebuah pesawat sehingga ikut andil dalam mewujudkan keselamatan bagi para awak dan penumpangnya hingga sampai di tujuan, ya saya rela. Yang utama, saya bisa berguna bagi orang lain dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang saya miliki. Ada sebuah hadist dari Kanjeng Nabi Muhammad sholallohu 'alihi wassalam yang bunyinya begini,

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda, 'Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Ada dua penyakit hati manusia: merasa sebagai yang paling berguna dan merasa tidak berguna. Nah, penyakit yang kedua ini yang seringkali menusuk-nusuk saya, membuat saya diserang lesu, lemah dan ketidak-ada-inginan untuk hidup. Pertama-tama saya ingin berguna bagi diri saya sendiri walaupun dalam kenyataan, hal ini mau tidak mau berjalan simultan dengan manfaat saya bagi orang lain. Kita ini manusia yang hidup di antara manusia lainnya. Ini tidak bisa bisa dibantah, keduanya dalam ruang yang berlainan, tapi sang waktu sering menyinggungkan keduanya. Akibat dari singgungan ini yang acapkali menimbulkan jarak dan luka yang mengganggu. Dan semua hal tersebut sungguh tidak mengenakkan.

Terjebak di antara masa lalu dan masa depan. Itu masalah saya, mungkin juga masalah Anda dan bisa jadi masalah umat manusia di seluruh penjuru dunia. Sesal yang berkepanjangan atas dosa-dosa dan seluruh waktu yang disia-siakan di masa silam. Juga aroma kegagalan dalam setiap langkah maju kita ke masa depan. Saya tidak mau diikat selamanya oleh pernyataan bodoh bahwa saya adalah manusia yang tidak berguna. Saya tidak mau jatuh dan tak bangun lagi. Saya ingin bebas seperti gagak.

Mungkin melalui blog ini, saya bisa bebas secara perlahan. Tulisan-tulisan pada blog ini mungkin seluruhnya termasuk hal yang remeh bagi Anda, tetapi bagi saya (mungkin) semua tulisan tersebut (mungkin) merupakan cerminan diri saya. Biarpun tidak utuh, setidaknya saya bisa meraba siapa saya, apa posisi saya, sebagai baut, ban, sayap, kursi, pilot, atau toilet-kah saya ini pada sebuah pesawat. Jika saya sudah bisa meraba siapa yang ada di cermin tersebut, mungkin dengan seiring berjalannya waktu saya bisa melihat siapa saya yang berada di luar cermin.

Saya sungguh sangat ingin bermanfaat bagi manusia, tapi maafkanlah saya. Saya punya sepasang ban bocor yang masih perlu diperbaiki supaya (mungkin) bila saya berkendara dekat tempat kerja Anda, saya bisa memberikan tumpangan dan mengantarkan Anda pulang. Anda senang, saya senang. Bantulah saya agar saya dapat membuat Anda senang.

Saya akui saya ini termasuk golongan manusia yang tidak tahu caranya beramah-tamah dengan manusia lain. Oleh karena itu ramahlah pada saya agar saya dapat ramah kepada Anda.

Terimakasih.

Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.

Selidik

x

Tag