بسم الله الرحمن الرحيم

About

Kamis, Januari 26, 2012

Dalam Nadiku Tiada Ahimsa

Apabila nanti kau datang lagi dalam usia senja
Jangan salahkan aku jika aku bilang, “Untuk apa,
Dalam nadiku tiada ahimsa”

Lalu kau akan menjawab, “Andai waktu mau kembali...”
“Waktu datang dan pergi, datang dan pergi, selalu. Dan selama itu,
Dendam berseru sendiri”

“Sejarah bisa diulang!”, mukamu merah-padam
“Sejarah berulang tapi tak pernah sama, dan pada kesumat yang dalam,
Aku menyerah – hilang suara!”

Dalam nadiku tiada ahimsa
Dendam berseru sendiri
Aku menyerah – hilang suara!


Cimencok, 25 -26 Januari 2012
dari awal malam hingga pagi menjelang

Rabu, Januari 25, 2012

Penantian

Mati,
Mati,
Mati,
dan seterusnya,
dan sebagainya,
dan lain-lain. Apa pedulimu!
“...aku juga, Ramaparasyu...”

Jika dendam tak kunjung mendapatkan pelepasan
karena isi kepala dan dada
tak tahu mana arah mana tujuan,
akan terus beginikah tubuh,
kerontang menahan nyawa yang belum jua mau meluruh,
berpitam pada seribu bayangan yang tak hendak menjauh?

Dunia seakan hanya selebar taman
yang dapat diputari dalam sepuluh-duapuluh langkah ringan
hingga tak ada lagi yang perlu dicari,
seluruh hidup sudah terenggut oleh satu duri
dan hanya manusia yang gila akan kepedihan
yang akan menaiki garis yang sama lebih dari tiga kali

Hampa, hampa – dan hampa belaka
hanya masa lalu yang berpijar dalam mata
jadi raja dari segara luka
pula kepala belum lagi dapat merasai
hangat dan dinginnya haridepan yang datangnya
pasti dan tak tertahankan

O, betapa mengerikannya masamuda!
dunia terlalu rakus untuk merebut segala
belum lagi surya yang menimpa terus
menghilang dan beredar tanpa putus
terjaga, terjaga, dan terjaga lagi!
tak ada habisnya!
pada kertas mati aku terus bicara
bicara sendiri tanpa aksara!

Ah! Aku mandi gelap, cahaya pula
gelap dan terang bertukar-tukar,
tak tahu bibir siapa yang ingin kubakar
dan bila benar air di hilir juga akan kembali ke hulu,
Tuhan,... aku minta bagianku

25 Januari 2012
sehabis jam tiga sore

Selidik

x

Tag