بسم الله الرحمن الرحيم

About

Senin, Desember 26, 2011

Semua Gagak dan Semoga Sanda

Panggilan tanpa rupa
Masuk – menarik segala, memikat dan menyapa
Semua gagak dan semoga sanda

Tersaput dalam awan, tertusuk petir dan hujan
Kami tetap menggerakkan sayap sepanjang jalan
Terus mencari dan menanti

Dan jika malam telah lelah dan bulan sembunyi tak kelihatan,
Mungkin sayap kami telah patah dan luka kami tak lagi basah saat 
      menemukan
Mahabahagia dalam pelukan api

Semua gagak dan semoga sanda
Terus mencari dan menanti
Mahabahagia dalam pelukan api


Cimencok
26 Desember 2011

Senin, Desember 19, 2011

Jika Api dan Badai Telah Bersatu

Jika api dan badai telah bersatu
untuk menyinggasanai nasib waktu
untuk apa menahan semua ikatan
jika kemudian langit jatuh
meruntuhi semua jembatan?

Jika api dan badai telah bersatu
untuk menyinggasanai nasib waktu
untuk apa mendidihkan dendam
jika kemudian menguapkan semua jalan
untuk kembali berpegang tangan?

Jika api dan badai telah bersatu
untuk menyinggasanai nasib waktu
untuk apa melarik sajak
jika kemudian hati mati terbenam
dalam rindu yang terus mendesak – makin tegak?

Cimencok
19 Desember 2011
sekitar waktu dzuhur

Sabtu, Desember 03, 2011

Idiot II

Warga negara yang diam
Adalah manusia-manusia yang diam, mendiamkan, dan selalu diam, dan
Hanya diam bahkan saat diam, juga selalu
Yakin bahwa satu diam adalah jalan terdiam
Untuk mendiami kediaman abadi


Cimencok, 3 Desember 2011
14:08

Idiot III

Nanti, jika aku sudah bikin perjanjian dengan waktu
Untuk kembali pada hari yang sudah dia tinggalkan dulu
Gilakah aku jika menyangka
Roda bisa diputar menuju lain dunia?
O, demi kepercayaan manusia dan pengkhianatan masa
Hanya akukah yang masih bergumam dalam bisu:
“Orakel, akankah kau datang pada siapa yang menantikanmu?”


Cimencok, 3 Desember 2011
11:24

Idiot I

Selama matahari terbit dan terus tenggelam
Enggan rasanya untuk lupa dan melupakan
Tiap marah, tangis, dan tawa Ida
Yang kini berdiri di seberang jalan, dengan bunga yang entah dari siapa dan senyuman yang entah untuk siapa
O angin yang diam, mengapa saat kata terlampau buta untuk dapat menemukan    tempat yang tepat, kalimat dengan sendirinya melahirkan nyeri yang menggugat?


Cimencok, 3 Desember 2011
04:54

Kamis, Desember 01, 2011

Kami Akan Terus Melawan

Untuk bulan,
satu di antara tiga lentera
yang selalu beredar di pekat malam:

Pergilah turun ke semak!
kami bosan – kami muak!
pada cahayamu yang itu-itu juga

Awan boleh saja kau dorong ke tepi,
tapi kami akan terus melawan
hingga terangmu hilang arti

Ombak boleh saja kau tarik-hempaskan ke bumi,
tapi kami akan terus melawan
dengan pilihan: siapa menang – siapa mati

Jadi pergi sajalah!
kau sudah tahu kami bosan – kami marah
jadi untuk apa bertahan di atas jentera?
lihatlah, peti kematian sudah menantimu di atas bahtera


Cimencok, 1 Desember 2011
00:36

Selidik

x

Tag